Selasa, 09 April 2013

Membuka Mata pada Dunia - Transformasi Sang Katak

yaa, aku emang anak kampong sawit!
setidaknya aku menamai diriku sendiri pada usiaku baru 13 tahun, anak ingusan yang seperti katak dalam tempurung setelah mengarungi 6 tahun dasarku yang keras bagaikan bolang di liarnya hutan sumatra yang botak. aku kelas satu smp waktu itu, hutan bukan lagi hal asing bagiku. maka ketika aku ikut melakukan ilegal logging untuk pertama dan terakhir kalinya itupun bukan hal asing bagiku. peman ku adalah salah satu yang menggantungkan rezeki dari alam hutan itu. pada awalnya aku mengikuti paman ku kehutan untuk membantu kegiatannya, setelah beberapa waktu berselang tertangkaplah bupati pelalawan yang agung yang ternyata apa yang aku lakukan itu adalah bagian dari kebusukan dasar - dasar pembangunan.
usiaku yang belia membawaku bertualang begitu hebat di hutan, di lautan sawit dan disekitar kampongku. langkahku semakin giat untuk mengenal lingkunganku itu. seperti pada waktu anak kampong sawit, aku juga menjadi seorang leader di smp, tetapi disini kehidupan ku lebih keras dibanding SD. hampir setiap saat aku harus bertentangan dengan orang - orang kampung asli, termasuk preman - preman pasar yang mempunyai hidup yang keras.
awal dalam pengalaman ku bertemu dengan dua ekor harimau sumatra yang sedang duduk menonton pertandingan bola yang aku lakukan. semua berjalan mengalir sampai pada suatu titik aku berfikir keras bagaimana aku terlepas dari kehidupan yang kasar dan terbelakang seperti ini.
ya saat 13 tahun pernah aku berfikir untuk melanjutkan sekolah di pesantren, guna menempuh jalur agama untuk merubah kejenuhan ku dalam hidup yang membosankan seperti ini. hidup tanpa listrik dan teknologi dipedalaman sumatra.
sekolah smp ku memang mewah, tanpa listrik, tanpa akses yang baik, tanpa fasilitas yang lengkap tapi menerpa ku untuk terbiasa hidup pada kondisi ini.
setelah kelas 2 smp aku mulai berfikir lebih nyata, aku adalah ketua osis dengan wawasan yang jauh lebih hebat dibanding teman -teman ku kala itu. aku mempunyai cita - cita yang besar, aku harus lulus dengan nilai terbaik selanjutnya sekolah ke kota dan akan aku sentuh gerbang universitas terbaik di indonesia yang berada di daerah kelahiranku sendiri. dengan umurku yang baru 14 tahun, cita - citaku adalah yang sangat muluk untuk aku penuhi. aku anak kampong didesa pedalaman, anak jumawa, sombong dan hanya melompat pada tempurungku memimpikan indahnya kursi empuk universitas terbaik di Indonesia.
tapi mimpi itu terus aku pelihara dalam tiga tahun aku hidup di usia sekolah menengah pertama. mimpi itu terus membakar semangatku kala itu hingga aku selalu menjadi yang terbaik dikelas, setiap hari dikelas aku selalu menjadi orang pertama dalam bertanya, semua hal aku pertanyakan sampai pada suatu saat aku bertanya, kenapa aku yang menjalani hidup dipedalaman yang jauh dari peradaban dan keras dalam berusaha.
aku selalu berfikir, usia tua ku nanti aku akan seperti apa visi ku kian tajam kedepan. hayalku kian melambung guna mendambakan kehidupan yang layak dan tidak hanya tidur diatas papan saja. hari - hari ku selalu kuawali dengan bertanya bertanya dan bertanya hingga aku tak pernah dapatkan jawabannya.
asa ku terus kupelihara pada usia itu, pembangunan mulai datang ke kampungku. listrik mulai masuk walau hanya dengan tenaga disel. dan aku pun berjanji pada diriku mulai saat itu,aku adalah katak dan aku ingin terbang! maka dari itu aku harus menjadi kupu - kupu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar